Sejalan dengan bab 1, bab 2 masih merupakan bagian
dari lingkungan etika (ethics environment). Tujuan dari kedua bab ini yaitu
untuk menanggulangi masalah-masalah yang terjadi akibat kurangnya kesadaran
terhadap etika dalam menanggapi tantangan yang ada yang ditandai dengan
meningkatnya kompleksitas masalah-masalah etika bisnis dan profesi.
Bab ini memaparkan tentang perubahan besar yang terkait
dengan kesadaran terhadap pelanggaran etika dan juga pada kinerja etika yang
diharapkan yang berkenaan dengan etika dan skandal-skandal tata kelola mulai
dari tahun 1929 hingga saat ini. Perkembangan, tren, dan tahapan penting yang diidentifikasi
meliputi:
1. Kurangnya
kredibilitas yang dihasilkan oleh kasus Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom
menyebabkan dikeluarkannya Sarbanes-Oxley Act dan pernyataan U.S. Securities
and Exchange Commission yang merombak tata kelola perusahaan dan profesi
akuntansi.
2. Krisis
pinjaman subprime yang menghasilkan pembatasan tata kelola pada Wall Street dan
bank investasi.
Bab ini dimaksudkan untuk memberikan pandangan
terkini tentang perubahan yang diharapkan dari perilaku etika bagi direktur,
eksekutif, manager, dan akuntan profesional. Secara garis besar, yang dibahas
adalah tentang kronologi etika dan tata kelola dari waktu ke waktu, etika dan
skandal-skandal tata kelola yang penting, dan tanda-tanda keruntuhan etika.
Ø
KRONOLOGI
ETIKA DAN TATA KELOLA DARI WAKTU KE WAKTU
Sampai saat ini, telah banyak skandal dan
kegagalan beberapa perusahaan besar dan terkenal disebabkan oleh pelanggaran
etika. Perubahan tata kelola dan tren yang dihasilkan oleh skandal-skandal
tersebut harus dianalisis sedemikian rupa. Jika diperhatikan, perubahan rekam
jejak tiap skandal dari setiap periode itu tetaplah sama, yakni:
·
Masing-masing skandal telah membuat publik kesal
dan membuat mereka semakin sadar akan pentingnya peningkatan sikap professional
dari setiap personil perusahaan.
·
Dengan masing-masing tambahan skandal, kesadaran
dan sensitivitas publik terhadap bagian sandar perilaku telah semakin tumbuh,
sedangkan tingkat toleransi publik telah berkurang.
·
Kredibilitas dari janji dan laporan keuangan
perusahaan telah terkikis.
·
Anggota parlemen, regulator, direksi, dan
badan-badan profesional telah merespon untuk mengembalikan kepercayaan diri
pada sistem tata kelola perusahaan.
Ø
ETIKA DAN
SKANDAL-SKANDAL TATA KELOLA YANG PENTING
Kegagalan dewan direksi, manajemen, dan
akuntan untuk memastikan bahwa bisnis dan profesi akuntansi bermain pada
kepentingan terbaik dari shareholders, stakeholders, dan masyarakat ditelusuri
melalui beberapa skandal dan reaksi sebagai berikut:
Enron
Enron didirikan oleh Ken Lay pada tahun 1985 dari hasil merger dua
perusahaan gas alam yang dikombinasikan dengan sistem perpipaan. Pada awal
tahun 2000, Enron adalah perusahaan terbesar ke-9 di Amerika, namun pada tahun
2001 Enron bangkrut, tepatnya tanggal 2 Desember 2001. Hal ini dikarenakan berbagai
pelanggaran praktik bisnis tidak sehat yang dilakukan dan keluar dari prinsip
tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Dalam kasus ini
perusahaan melakukan manipulasi untuk keuntungan jangka pendek yang ternyata
berakibat fatal bagi perusahaan sendiri. Tindakan nya tersebut membuat Enron
menuai suatu kehancuran dengan meninggalkan utang milyaran dolar dan menyisakan
implikasi negatif bagi banyak pihak, terutama dua belas ribu pekerja yang kehilangan
pekerjaan, pensiun, serta tabungan mereka yang telah diinvestasikan dalam
bentuk saham Enron. Selain itu, pemegang saham lainnya juga kehilangan $70 milyar
ketika nilai saham menjadi nol.
Arthur Andersen
Arthur Andersen adalah sebuah perusahaan
jasa akuntansi yang didirikan oleh Arthur Andersen pada tahun 1913 dan berbasis
di Chicago. KAP ini termasuk ke dalam kelompok “The big-5” yang terbentuk sejak
bulan juli 1998. KAP ini melakukan audit pada perusahaan-perusahaan raksasa
seperti Enron, Merck, WorldCom, KPNQwesr, dan sejumlah perusahaan besar
lainnya. Selain itu, Arthur Andersen juga menjalankan bisnis jasa assurance.
Salah satu pelanggaran terbesar yang
dilakukan oleh KAP Arthur Andersen adalah memanipulasi pembukuan perusahaan
Enron sehingga laporan keuangan perusahaan tersebut dapat dinyatakan wajar
tanpa pengecualian. Arthur Andersen juga berperan sebagai auditor merangkap
konsultan manajemen dan bayaran yang diterima adalah ganda.
KAP ini telah mengaudit Enron sejak 1985
dan selalu memberikan pendapat wajar tanpa syarat sampai tahun 2000. Hal yang
paling mengejutkan adalah perusahaan Enron dinyatakan pailit pada 2 Desember
2001. Kebangkrutan Enron menyeret akuntan publik Arthur Andersen karena
memanipulasi labanya. Jadi pada tahun 2001, KAP ini harus membayar $32 Milyar
sehingga perusahaan ini tidak bisa lagi diselamatkan.
WorldCom
WorldCom adalah perusahaan penyedia
layanan telepon jarak jauh. Selama tahun 1990-an, perusahaan ini melakukan
beberapa akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi lain, namun akuisisi yang
besar terjadi pada tahun 1998 saat WorldCom mengambil alih perusahaan MCI yaitu
perusahaan kedua terbesar di Amerika yang bergerak di bidang telekomunikasi
jarak jauh yang mengukuhkan posisi WorldCom menjadi operatoe ni. 1 dalam
infrastruktur internet.
Pada kasus WorldCom, perusahaan
membukukan lebih dari $3,8 Milyar beban operasional sebagai pengeluaran modal.
Dengan begini, WorldCom mampu menaikkan pendapatan atau laba. Selain itu,
WorldCom juga menggunakan akun cadangan secara tidak benar untuk mengantisipasi
kejadian-kejadian luar biasa yang tidak dapat diprediksi, misalnya utang pajak
tahun depan. Seharusnya akun ini tidak boleh dimanipulasi untuk memperoleh
pendapatan. Praktik tidak sehat tersebut telah menyebabkan kehancuran yang luar
biasa pada perusahaan, terlebih lagi didukung oleh tindakan KAP Arthur Andersen
yang membiarkan praktik tersebut.
Sarbanes-Oxley Act (SOX)
Banyak faktor seperti kegagalan bisnis,
audit, dan tata kelola perusahaan berskala besar (misalnya Enron, WorldCom,
Crossing, Adelphia) yang melakukan kecurangan pada laporan keuangannya telah
mengakibatkan hilangnya kepercayaan investor di perusahaan-perusahaan Amerika.
Beberapa insiatif telah diambil untuk mengatasi penggunaan praktik akuntansi
yang agresif oleh perusahaan-perusahaan publik. Salah satunya ada
Sarbanes-Oxley Act (SOX) yang ditandatangani pada tanggal 30 Juli 2002 yang
bertujuan untuk memperkuat akuntabilitas perusahaan dan membangun kembali
kepercayaan investor terhadap laporan keuangan publik. SOX dirancang untuk:
ü Membangun struktur peraturan independen untuk
profesi akuntansi.
ü Menetapkan standat yang tinggi dan
prinsip-prinsip baru untuk tata kelola perusahaan.
ü Meningkatkan kualitas dan transparansi laporan
keuangan.
ü Meningkatkan objektivitas dan kredibilitas
fungsi audit dan memberdayakan komite audit.
ü Membuat solusi perdata dan pidana yang lebih
berat atas pelanggaran undang-undang sekuritas federal.
ü Meningkatkan independensi analis sekuritas.
Selain itu, SEC juga mengeluarkan
beberapa aturan seperti sertifikasi CEO dan CFO terhadap laporan keuangan,
mengungkapkan pengendalian dan prosedur, dan etika bagi eksekutif auditor
independen senior perusahaan untuk melaksanakan ketentuan SOX.
Tax Shelters
Praktisi pajak disewa untuk memberikan
saran kepada klien tentang bagaimana membayar jumlah pajak yang kecil.
Terkadang, para akuntan terlalu agresif dalam merancang strategi pajak. Hal ini
seperti yang terjadi pada Ernst & Young dan KPMG. Mereka merekomendasikan
klien mereka untuk berinvestasi pada tempat perlindungan pajak (tax shelters)
yang dinilai illegal. Mereka tidak lagi melindungi kepentingan publik ketika
mulai menjual perlindungan pajak yang sangat mahal kepada pihak yang sangat
kaya. Pemerintah sangat marah dengan tindakan mengerikan tersebut dan kemudian
kedua kemitraan tersebut didenda dan ditetapkanlah Circular 230.
Circular 230
Terkait dengan kasus perlindungan pajak
(tex shelters) yang dilakukan oleh E&Y dan KPMG, Internal Revenue Service
(IRS) kemudian menerapkan Circular 230 yang mengatur dan menyarankan praktik
terbaik untuk profesional pajak. Aturan dasarnya yaitu mengenali klien dengan
baik, melayani kebutuhan klien, menjelaskan dan menjelaskan secara penuh, dan
strategi yang diusulkan tersebut cenderung berhasil. Secara keseluruhan,
profesional pajak perlu mengetahui klien dan membuat usulan perencanaan pajak
yang masuk akal dan sesuai dengan hukun dan persyaratan klien.
Subprime Mortgage Meltdown
Secara tradisional, bank komersial
menjamin uang dari deposan lalu meminjamkan uang tersebut kepada pemilik rumah
dengan jaminan hipotik pada properti tersebut. Disisi lain, bank investasi
membantu klien (perusahaan) dalam meningkatkan dana modal (capital funds)
melalui penjaminan, merger dan akuisisi, dan perdagangan instrumen keuangan.
Pada tahun 1999, Gramm-Leach-Bliley Act
mencabut Glass-Steagall Act (1993).
Bank komersial diizinkan terlibat dalam aktivitas investasi. Salah satu
kegiatannya yaitu meminjam uang pada tingkat yang rendah dengan mengeluarkan
surat berharga jangka pendek dan jangka menengah dan kemudian peminjaman
tersebut dilakukan melalui investasi hipotik dengan tingkat bunga yang lebih
tinggi. Hal ini disebut dengan Structures
Investment Vehicles (SIVs), dimana mengijinkan bank memperoleh uang melalui
penyebaran antara dua tingkat bunga.
Kebanyakan kasus investasi hipotik menunjukkan
sikap keserakahan. Ada banyak uang yang dispekulasikan pada sekuritas hipotik,
namun risikonya tidak dinilai secara hati-hati sehingga pada saat pasar Amerika
runtuh (2008), nilai dari sekuritas yang berhubunganpun jatuh, dan pemerintah
di dunia harus menyediakan dana talangan
untuk mencegah krisis global.
Dodd-Frank Wall Street Reform and Consumer
Protection Act
Pada bulan Juli 2010, hasil dari krisis
investasi hipotik, kongres Amerika menetapkan Dodd-Frank Wall Street Reform and Consumer Protection Act. Tujuannya
secara keseluruhan adalah untuk menyediakan stabilitas keuangan dan
meningkatkan perlindungan konsumen dengan memaksakan peraturan yang lebih pada
pasar investasi, dan juga pembatasan lebih lanjut pada kegiatan organisasi yang
beroperasi di pasar jasa keuangan. Hanya waktu yang akan menjawab apakah
tindakan ini dapat mencegah krisis ekonomi serupa di masa yang akan datang.
Bernard Madoff
Bernard Madoff adalah seorang pebisnis
yang mempraktikkan skema Ponzi, yaitu sebuah skema piramida investasi ilegal.
Skema ini dimulai oleh Carlo Ponzi (1882-1949) yang merujuk pada arisan
berantai, dimana investor pertama dijanjikan dan diberi keuntungan yang
berlipat ganda dalam waktu yang singkat dengan memakan uang masuk dari investor
baru. Dengan praktik yang dijalankannya itu, Bernarl Madoff telah berhasil
menipu para investor milyaran dolar. Tindakan illegal tersebut akhirnya
terbongkar dan pada tanggal 11 Desember 2008, Madoff ditangkap dan didakwa
dengan kasus penipuan. Pada tahun 2009, Bernald Madoof yang telah berusia 71
tahun dikirim ke penjara selama 150 tahun. Investor harus benar-benar mengingat
hal ini jika dikemudian hari ada perusahaan yang menawarkan return yang terlalu
tinggi untuk diwujudkan.
Ø
TANDA-TANDA
KERUNTUHAN ETIKA
Menurut Marianne Jennings dalam bukunya
“The Seven Signs of Ethical Collapse: How to Spot Meltdowns in Companies”, ada
7 penyebab permasalahan etika di dalam organisasi:
1)
Tekanan untuk mencapai tujuan, khususnya pada
bidang keuangan dengan cara apapun.
2)
Budaya yang tidak mendorong adanya percakapan
dan diskusi yang terbuka dan apa adanya.
3)
CEO yang dikelilingi oleh orang-orang yang
sependapat dengannya, dimana CEO memiliki reputasi yang kritis.
4)
Dewan direksi yang lemah tidak menjalankan
kewajiban fidusianya dengan tekun.
5)
Organisasi yang mempromosikan orang dengan dasar
nepotisme dan bias atau pilih kasih.
6)
Keangkuhan, yaitu suatu keyakinan yang angkuh
dengan menganggap bahwa peraturan dibuat hanya untuk orang lain, bukan untuk
dirinya sendiri.
7)
Perilaku kecatatan biaya/manfaat yang menunjukkan
bahwa perilaku etika yang buruk pada suatu area dapat ditutup dengan perilaku
etika yang baik pada area lain.
0 komentar:
Posting Komentar